Aku terdampar di piring kasong tanpa nasi, hanya terisi sendok garpu dan pisau daging yang menyilang, seakan ingin membelah mulut sampai ke dalam perut. Kepalapun pusing tak bisa tuk memutar arah. Kemana kehidupan bisa berlabuh di dermaganya. Pertanya'an selalu terlontar di benak hati, yang seakan mencari teman tuk berkosultasi. Angin dan debu selalu berteriak sombong dengan menampar muka dan mataku. Aku berjalan di pinggiran trotoar dengan menutup wajah sambil mencari ruang tuk mendinginkan emosi, semua sudah tertutup oleh kesombongan dan nafsu dunianya. Jalan masih panjang sedang trotoar terasa makin menyempit seakan tak ada jalan tuk menapakan telapak kaki, teras pertokoanpun tak bisa memayunginya dari silau matahari yang selalu menancap di pori-pori tubuh. Hidup seakan takberbagi, rasa seakan tak bernurani, hati padam serasa tak besinar dan tak bisa menerangi langkah kaki tuk berpijak.